PETA-142 LPDP: PERSIAPAN KEBERANGKATAN HARI KE-3 (5/6)


Waktu Baca: 4 menit

SESI KELIMA
Rabu, 10 April 2019, 16.00 – 18.00 WIB
Cross Culture and Adaptability
Oleh Sabrang Mowo Damar Panuluh

Sabrang Mowo Damar Panuluh (Noe) lahir di Yogyakarta tanggal 10 Juni 1979 merupakan adalah vokalis dan keyboardis band Letto (posisi keyboardis hingga 2014 sebelum masuknya Widi). Noe merupakan anak pertama budayawan, Emha Ainun Nadjib dan Novia Kolopaking.

Sebagai pembukaan, moderator menginformasikan bahwa sejak kecil sampai SMA, Noe diberi ribuan buku oleh orang tua dan setelah lulus SMA, Noe benar-benar dilepas ke luar negeri, yakni Kanada. Noe mengambil dua jurusan semasa S1, yakni Matematika dan Fisika.

Pada saat ditanya terkait identitas apa yang ingin dipakai oleh Noe serta bagaimana pandangan Noe tentang sejarah. Ia menyatakan bahwa hanya ada dua pilihan di dunia ini yakni mati dan membuat petualangan sebelum mati. Dan layer kepribadian terdiri dari Intelektual, Identitas, Personalitas, dan Diri Sejati. Identitas diri selalu berganti tergantung lingkungan. Identitas tidak diam, jangan dipegang sesuai jarak pandang.

Selanjutnya, pertanyaan mengenai ketakutan tersebar dalam hidup, Noe menyampaikan "tidak masalah". Ia tidak pernah takut dalam hidup. Saya hampir tidak pernah punya ketakutan karena paling parah adalah mati, saya pernah kelaparan, tidur di telepon umum. Sepanjang saya bisa mengukur itu tidak sampai pada kematian, saya akan hadapi, harus ambil resiko. Opportunity datang pada saat kita paling rentan. Layer dalam manusia ada empat. Identitas adalah akumulasi hal di luar kita, termasuk believe system kita. Kita tidak pernah bicara identitas. Karena hal itu berdasarkan hal yang saya pegang adalah personalitas dan intelektualitas, identitas akan terus berubah, hal yang harus dipegang adalah kontribusi urusan lain adalah masalah kecil. 

Perasaan saat "dibuang" oleh kedua orang tuanya juga "no problem", ditantang ke tempat yang tidak ada orang Indonesia sama sekali sayang jika EliteThinker, jika dibawa ke hal tidak penting dalam hidup yang pasti hanya mati dan kesempatan mengambil petualangan sebelum mati. 

Noe juga bercerita bahwa awal ketertarikannya terhadap musik dimulai ketika Noe merasa sedih pada saat SMA dan mengalami perbaikan mood ketika telah mendengar musik. Sehingga, ia memutuskan untuk belajar musik karena ia merasa bahwa musik dapat memengaruhi psikologi seseorang.

Akhirnya, Noe menyatakan bahwa para peserta PETA-142 harus mengorbankan sumber daya yang tepat dan memaksimalkannya, menghabiskan banyak waktu dan energi untuk mencapai itu, dan kemudian hal yang kita cita-citakan akan dapat terwujud. 

Sumber: Daily Report.


No comments:

Post a Comment