Waktu Baca: 10 menit
Horas.
Halo teman-teman semua.
Rangkaian proses Ujian Beasiswa LPDP Tahun 2019 Tahap 1 sedang berlangsung
dan Pendaftaran Tahap 2 juga sedang dibuka. Hal ini mendorong saya untuk berbagi
apa yang telah saya lakukan dalam rangka mengikuti ujian beasiswa LPDP Tahun
2018 silam.
Saya adalah awardee Beasiswa LPDP Magister Luar Negeri program Afirmasi
PNS/TNI/POLRI Tahun 2018 dan telah mengikuti persiapan keberangkatan angkatan
142 di Jakarta pada bulan April 2019 yang lalu.
Saya sudah pernah bercerita tentang tahap demi tahap LPDP 2018, kegiatan persiapan keberangkatan pada 4 link berikut.
Tujuan postingan kali ini adalah untuk berbagi mengenai tantangan dan
cara saya mengatasinya, serta apa saja yang secara khusus saya persiapkan guna
memastikan bahwa saya memenuhi kriteria penerima beasiswa LPDP 2018 lalu.
Perlu diingat ya teman-teman, ini adalah opini saya, bukan mewakili
organisasi/pihak mana pun, murni pendapat saya.
Persiapan Pertama:
Kelengkapan Dokumen
Tantangan Pertama:
Memastikan Kelengkapan Dokumen.
First things first: organize the files. Saya buat excel file dengan nama
file “Dashboard LPDP 2018” untuk memastikan bahwa tidak ada dokumen yang
terlewat. Item ini bisa dibuat dengan merujuk pada portal pendaftaran, kok.
Hany saya, portal pendaftaran mengharuskan saya untuk online dulu, sehingga
saya membuat offline file yang sangat accessible anytime anywhere. Saya pribadi
sangat terbantu dengan excel ini. Manfaat file tersebut adalah memudahkan saya
mengetahui dokumen mana yang belum saya lengkapi. Ini simple banget, tapi mendasar
plus bermanfaat.

Persiapan Kedua:
Personal statement yang membumi.
Tantangan Kedua:
Showcase pada tempatnya.
Nah, sebenarnya ini juga personal banget alias tergantung selera
masing-masing orang. Hal kedua yang saya persiapkan secara matang adalah personal statement. Rasanya saya ingin
menceritakan ini-itu di personal statement, tetapi percayalah gak semua harus
diceritain karena ga semua yang saya anggep “menarik” dan “eye catching” dari
diri saya, “menarik” dan “eye catching”
juga buat orang lain. Ketika saya mempersiapkan personal statement, saya mengonsepnya
selama satu bulan lebih, kurleb 1,5 bulan. Hal ini melatih saya untuk ga
buru-buru menganggap bahwa personal statement saya itu sudah “ok”. Kira-kira
begini siklusnya:
1. Buat kerangka: pendahuluan – ide 1 (apa yang sudah saya lakukan) – ide 2
(apa yang sedang saya lakukan) – ide 3 (apa yang akan saya lakukan) – penutup. Contoh
statement of purpose saya tautkan pada link ini ya https://indahpasaribu.blogspot.com/2019/02/statement-of-purpose.html.
2. Saya menyelesaikan konsep personal statement dalam satu minggu.
Kemudian, saya baca kembali dalam minggu lainnya. Begitu selanjutnya. Sampai
kira-kira 1,5 bulan, saya mantap dengan personal statement saya. Menurut saya,
penting sekali fresh eyes ketika
membaca personal statement, apalagi subjektivitas penilaian pasti tinggi
sekali. Ohya, saya juga minta tolong orang lain untuk membaca personal
statement saya, dan meminta mereka mengkritik tulisan tersebut. It works.
3. Saya sangat berlatih untuk menyajikan data pada personal statement saya
dengan sumber yang terpercaya. Hal ini bertujuan untuk mengorelasikan apa yang
akan saya capai dengan fakta yang ada di lapangan. Dan yang tak kalah penting, be relevant. Misalnya, saya berencana
untuk mengambil magister akuntansi, sehingga hal yang paling saya kemukakan di
tulisan saya adalah “jualan” saya di bidang akuntansi, baik pendidikan,
pekerjaan, dan visi ke depan.
Selain hal tersebut di atas, ada beberapa orang yang menanyakan, apakah
harus “aktif” di organisasi? Well, saya sendiri kurang paham, apakah memang itu
berpengaruh signifikan. Tetapi, berkaca dari pengalaman saya, saya bukanlah orang
yang aktif organisasi sana-sini (tanpa mengurangi apresiasi saya kepada para
aktivis/temen-temen yang aktif di organisasi). Maksud saya adalah, be the real you, saya tidak
menceritakan keterlibatan saya di organisasi himpunan mahasiswa program studi
akuntansi (HMPS Akuntansi STIE IBS) karena saya memang tidak mempertimbangkan
hal tersebut akan mendukung aplikasi saya. Tetapi, jika organisasi tersebut
memang membentuk kamu menjadi orang yang “berdaya saing”, please ceritakan
dengan apik tanpa melebih-lebihkan. Intinya, namanya personal statement,
pernyataan personal, jadi yah memang sajikan cerita personal kita di atas
kertas tsb.
Persiapan Ketiga: Antisipasi
Swing Mood.
Kendala Ketiga: Kehamilan
Cukup Berpengaruh.
Mungkin, tantangan ini tidak berlaku untuk teman-teman yang tidak sedang
hamil. Tetapi, menurut saya, siapa pun kemungkinan besar menghadapi mood yang
naik turun. Jika pada saat ujian sedang berada pada mood yang “ok”, syukurlah. Namun,
jika mood sedang tidak bersahabat, setidaknya ujian sedikit berpengaruh.
Pada waktu proses rangkaian ujian, saya sedang mengandung anak pertama
saya, kira-kira 6 atau 7 bulan. Untuk ibu-ibu yang pernah hamil kemungkinan
paham, jika hormon sangat memengaruhi mood harian saya. Dalam rangka mengantisipasi
dampak negatif mood yang naik turun, berikut adalah hal yang saya lakukan.
1. Persiapan SBK dengan Buku yang “Cukup Tepat”. Saya menggunakan Buku dari
Bappenas dalam rangka mempersiapkan TPA. Membacanya sungguhlah membosankan,
tetapi saya biasa meminum kopi atau makan es krim ketika berlatih TPA. Penting
banget.

2. Familiar dengan tulisan Bahasa Inggris untuk bisa membuat esai dalam Bahasa
Inggris. Saya hanya suka membaca tiga portal Bahasa Inggris, yaitu https://www.thejakartapost.com/,
https://www.economist.com/, dan https://www.bbc.co.uk/.
3. Bertukar informasi dengan kawan membuat saya tidak perlu membaca buku
yang “cukup membosankan” itu. Bersyukurnya, saya punya satu teman kantor yang
sama-sama menempuh ujian beasiswa, sehingga hal ini menguntungkan saya (hahaha,
mungkin ini menjadi simbiosis komensalisme buat kami)
Akhirnya, ujian beasiswa LPDP itu kan bukan menilai kelayakan paket dirimu
di proses rangkaian ujian, tetapi memang menilai kamu secara keseluruhan. Saya
yakin, jika kita memang telah diproses menjadi seseorang yang berkualifikasi
(artinya, sepanjang hidup memang bekerja keras, ga neko-neko, dan tekun), mau
apa pun pekerjaan kita, dimana kita menyelesaikan strata satu, bahkan seberapa
banyaknya keuangan kita, kita pasti menjadi “paket” yang menjual di mata LPDP.
Karena faktanya:
1. Bukan hanya yang lulus dari perguruan tinggi ternama, yang
dapat menjadi awardee LPDP, yang seperti saya dari Indonesia Banking School pun bisa;
2. Bukan hanya teman-teman yang bekerja di organisasi bergengsi (kemenkeu,
bi, bpk, dll), yang dapat menjadi awardee, teman saya yang dari swasta “biasa”
pun bisa; plus
3. Bukan hanya teman-teman yang keuangannya seret alias sekarat, yang dapat
menjadi awardee, yang keuangannya baik bahkan melimpah pun bisa.
Demikian ya teman-teman.
Semoga bermanfaat.
Tuhan memberkati.
Semoga bermanfaat.
Tuhan memberkati.
2 comments:
Salam kenal. Saya terharu membaca tulisan anda. Tulisan yang bagus. Awalnya mampir blog ini buat tahu cara mempersiapkan personal statement. Supprisingly, anda tiba2 membahas tetang mood waktu hamil. Banyak hal yang saya pertimbangankan dalam apply beasiswa. Salah satunya kehamilan. Membaca tulisan anda memberikan sedikit kekuatan. Relate sekali dengan yang saya harapkan.
Salam kenal Dokter Watu. Saya bersyukur bahwa pengalaman yang dibagikan pada blog ini bisa bermanfaat. Tuhan memberkati segala proses beasiswa & kehamilan Saudara ya.
Post a Comment