Waktu Baca: 3 menit | Jumlah Kata: 740
Dari sekian banyak pengalaman selama 20 tahun mengabdi di Badan Pemeriksa Keuangan, ada satu pengalaman pemeriksaan yang paling berkesan bagi Hendra Susanto, S.T., M. Eng., M.H., CFrA., CSFA yang kini menjabat Anggota I/Pimpinan Pemeriksaan Keuangan Negara I BPK. Pengalaman paling berkesan itu adalah saat ia melakukan pemeriksaan investigasi dan penghitungan kerugian negara atas pembangunan dermaga Sabang di Aceh. Pemeriksaan itu pula yang membuat pria kelahiran Lahat, Sumatera Selatan, 14 September 1972 itu meyakini bahwa tidak ada hal yang tidak mungkin untuk dilakukan apabila ada tekad kuat dalam diri seseorang. Bahkan, pemeriksaan yang awalnya disertai keterbatasan itu, ia bisa menghasilkan terobosan.
Bagaimana kisah awal Bapak bekerja di Badan Pemeriksa Keuangan?
Dulu saya tidak kenal BPK. 20 tahun lalu, ketika saya baru selesai kuliah dan mendaftarkan diri di BPK sebagai pemeriksa, saya tidak mengerti BPK itu apa. Saya daftar saja dan alhamdulillah saya lulus. Setelah saya masuk, saya pikir BPK itu adalah suatu lembaga yang sangat misterius. Karena pada 1999 sampai 2000 itu BPK tidak banyak terekspos. Memang ketika saya masuk, BPK sangat misterius. Tapi, itu jauh berbeda dengan sekarang. Itu yang menjadi kebanggaan bagi saya. Kalau di dunia luar itu ada digitalisasi, nah kita sudah merapat ke sana. Kita sudah mengikuti era itu.
Bagaimana Bapak melihat BPK saat ini?
Bagi saya, BPK sebenarnya saat ini sudah sangat bagus. Citra internasional BPK juga sudah sangat bagus. Dari sisi domestik juga bagus. Ada rasa bangga saya terhadap BPK. Saya sudah 20 tahun di BPK dan kebanggaan itu sudah semakin kental di dalam diri saya.
Pengalaman apa yang paling berkesan selama Bapak bekerja di BPK?
Sebenarnya semua tugas pemeriksaan yang dipercayakan kepada saya tidak ada yang tidak berkesan. Karena masing-masing tugas pemeriksaan memiliki tantangan dan keunikan tersendiri. Namun, dari semua itu ada yang paling berkesan, yaitu pemeriksaan investigasi dan penghitungan kerugian negara atas pembangunan dermaga Sabang di Aceh. Kenapa berkesan? Karena kasusnya sangat rumit dan complicated, melibatkan banyak pihak, multy years construction, abuse of power from the top to the staff level, nilai konstruksi yang cukup besar hampir Rp1 triliun dan nilai kerugian negaranya sekitar Rp300 miliar.
Lalu, apa yang membuat pengalaman pemeriksaan investigasi itu menjadi yang paling berkesan?
Ini adalah kasus pertama saya yang bekerja sama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sementara, anggota tim yang diberikan kepada saya selaku ketua tim juga baru pertama kali memeriksa mega construction seperti ini. Kondisi itu membuat saya harus menyamakan level of knowledge semua anggota tim dalam waktu singkat. Alhamdulillah, semua tantangan itu dapat kita selesaikan dengan baik. Bahkan kita bisa membuat suatu rumusan baru dalam metode penghitungan kerugian negara yang kita sebut dengan “Metode Penghitungan Real Cost” dengan empat layer kerugian negara.
Metode itu baru pertama kali diterapkan dalam LHP PKN (Laporan Hasil Pemeriksaan Penghitungan Kerugian Negara) BPK. Sampai pada akhirnya saya memberikan keterangan ahli di pengadilan. Dengan metode PKN ini, hakim dapat menerima dengan keyakinan yang kuat terhadap hasil PKN BPK. Kuncinya adalah dengan bekerja cerdas dan ikhlas. Dengan dua hal itu, insya Allah semua keterbatasan dan ketidakmungkinan akan dapat dilalui dengan baik. Just do it because impossible is nothing.
Sebagai Anggota I/Pimpinan Pemeriksaan Keuangan Negara I BPK, hal apa saja yang akan Bapak lakukan?
Mencoba memanfaatkan semua sumber daya yang dimiliki BPK guna membantu mempermudah pelaksanaan pekerjaan dan kegiatan para pegawai pelaksana BPK baik itu pemeriksa maupun penunjang pendukung.
Apa harapan Bapak terhadap BPK?
Kita bisa mandiri dari sisi anggaran, rekrutmen, dan pola karier sumber daya manusia (SDM). Dengan kemandirian tersebut, kita bisa segera memodernisasi sistem dan tata kelola pemeriksaan yang baik, sehingga profesionalisme kita meningkat. At the end of the day, kepercayaan publik dapat kita raih. Sehingga pemeriksaan sebagai sebuah kebutuhan dapat terwujud.
Pemerintah sedang gencar membangun infrastruktur untuk meningkatkan konektivitas. Apakah AKN I sudah melakukan pemeriksaan terkait konektivitas?
Secara langsung AKN I telah melaksanakan pemeriksaan terkait konektivitas. Melalui pemeriksaan pada Kementerian Perhubungan, AKN I turut bersumbangsih dalam memeriksa akuntabilitas dan keuangan negara pada kepelabuhanan, kebandarudaraan, maupun perkeretaapian. Pemeriksaan yang telah dilakukan di antaranya konektivitas tol laut dan infrastruktur transportasi darat, udara, dan perkeretaapian.
Sesuai RPJMN 2020-2024, pemerintah sudah menegaskan konektivitas sebagai salah satu prioritas. Di dalamnya Kementerian Perhubungan turut serta sebagai pelaksana dalam beberapa proyek prioritas strategis, misalnya Kereta Api kecepatan tinggi di Pulau Jawa, jaringan pelabuhan utama terpadu, sistem angkutan umum massal perkotaan, serta jembatan udara 37 rute di Papua.
Pemeriksaan yang dilakukan AKN I ke depannya menitikberatkan pada proyek prioritas strategis tersebut. Namun demikian, perlu juga disusun salah satu tematik pemeriksaan terkait konektivitas yang melibatkan seluruh auditorat dengan masing-masing portofolio.
___
Sumber: Badan Pemeriksa Keuangan | Majalah Warta Pemeriksa Edisi 2 Vol. III Februari 2020 | hal. 22 - 23
No comments:
Post a Comment